KRI Irian, Jagoan Masa Lampau Di Lautan Nusantara
Selamat sore sahabat blogger,
Sobat dan sobit pasti pernah mendengar mengenai KRI Irian kan? Itu lohh.. salah satu kapal perang terbaik yang pernah dimiliki oleh TNI AL kita. Lantas apa itu KRI Irian? Mengapa disebut sebagai salah satu kapal perang terbaik yang pernah ada dalam sejarah dunia maritim? Berikut ulasannya, yang saya kutip dari beberapa sumber.
Sebagai bangsa maritim, sudah seyogyanya kita memiliki angkatan laut yang mumpuni. Tidak hanya bicara soal kualitas dan kuantitas persenjataan, tapi sudah sepatutnya kita mempunyai arsenal persenjataan yang bisa menggetarkan nyali lawan. Hal inilah yang dahulu begitu dibanggakan bangsa Indonesia di era tahun-60an. Selain punya armada angkatan udara yang terkuat se Asia Tenggara, Angkatan Laut (TNI-AL) dikala itu memiliki kapal perang tipe penjelajah ringan buatan Uni Soviet.
KRI Irian adalah sebuah kapal penjelajah kelas Sverdlov (Project 68-bis) milik TNI AL pada tahun 1960-an. Kapal jenis ini adalah kapal penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari kapal penjelajah kelas Chapayev.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kri_irian
http://rixco.multiply.com/journal/item/533?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://www.indonesiamatters.com/3735/kapal-kri-irian/
Sobat dan sobit pasti pernah mendengar mengenai KRI Irian kan? Itu lohh.. salah satu kapal perang terbaik yang pernah dimiliki oleh TNI AL kita. Lantas apa itu KRI Irian? Mengapa disebut sebagai salah satu kapal perang terbaik yang pernah ada dalam sejarah dunia maritim? Berikut ulasannya, yang saya kutip dari beberapa sumber.
KRI Irian |
Sebagai bangsa maritim, sudah seyogyanya kita memiliki angkatan laut yang mumpuni. Tidak hanya bicara soal kualitas dan kuantitas persenjataan, tapi sudah sepatutnya kita mempunyai arsenal persenjataan yang bisa menggetarkan nyali lawan. Hal inilah yang dahulu begitu dibanggakan bangsa Indonesia di era tahun-60an. Selain punya armada angkatan udara yang terkuat se Asia Tenggara, Angkatan Laut (TNI-AL) dikala itu memiliki kapal perang tipe penjelajah ringan buatan Uni Soviet.
Sedikit sekali di antara kita yang menyadari jika TNI-AL
pernah memiliki kapal perang terbesar Kelas Sverdlov dengan bobot mati
mencapai 16.640 ton. Pada masa itu, hanya Indonesia yang diperkenankan
oleh Uni Sovyet (Rusia) untuk memiliki kapal jenis penjelajah ringan
(light cruiser battleship).
Kelas Sverdlov termasuk di antara kapal yang paling disegani oleh
NATO semasa perang dingin. Indonesia membeli kapal ini untuk mendukung
operasi Trikora dalam rangka membebaskan Irian Barat yang ketika itu
masih dikuasai Kerajaan Belanda. Sedikit sekali literatur yang membahas
tentang KRI Irian, termasuk literatur dari TNI.
Dalam sejarah, KRI Irian sekalipun pernah dilibatkan secara langsung
ke dalam konfrontasi dengan Belanda memperebutkan Irian Barat, kapal ini
belum pernah sedikit pun terlibat perang hebat di permukaan laut di
perairan Indonesia. Ketika KRI Irian memasuki perairan NKRI pada tanggal
5 Agustus 1962, kapal induk Kerajaan Belanda Hr.Ms. Karel Doorman
segera diperintahkan untuk menyingkir dari perairan NKRI guna
menghindari kontak langsung dengan KRI Irian.
Nampaknya, sekalipun tidak terlibat kontak fisik secara langsung,
kehadiran KRI Irian memberikan dampak politik yang cukup besar. Hal ini
terbukti membuat Amerika Serikat untuk memaksa Belanda segera keluar
dari NKRI untuk melakukan perundingan dengan Pemerintah Indonesia di New
York tanggal 15 Agustus 1962.
Pihak TNI sendiri jarang meng-ekspos jika Indonesia pernah disegani
dunia ketika KRI Irian memasuki perairan Indonesia tanggal 5 Agustus
1962. Apakah keberadaannya sengaja untuk disembunyikan? Atau bisa jadi
KRI Irian memang kapal misterius?
Profil Singkat
KRI Irian adalah sebuah kapal penjelajah kelas Sverdlov (Project 68-bis) milik TNI AL pada tahun 1960-an. Kapal jenis ini adalah kapal penjelajah konvensional terakhir yang dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan dari kapal penjelajah kelas Chapayev.
Desain
Kapal ini diperbaiki dan versi sedikit membesar dari kapal penjelajah
kelas Chapayev . Mereka memiliki perlindungan persenjataan utama yang
sama, mesin dan sisi sebagai kapal-kapal sebelumnya, tapi telah
meningkatkan kapasitas bahan bakar untuk rentang yang lebih besar,
sebuah lambung semua dilas, perlindungan bawah laut membaik, meningkat
artileri anti pesawat dan radar.
Suite radar utama adalah: 1x 'Big
Bersih atau radar udara pencarian' Trough Top ' 1x 'High Saringan' atau
radar udara pencari 'Saringan Rendah' 'Pisau Istirahat' 1x udara pencari
radar * 'Bersih Slim 1x udara pencari radar 1x 'Don-2' atau radar
navigasi 'Neptune' Gun radar kontrol 2x 'Sun Visor' api 'Bow Top 2x
152mm radar kontrol senjata api Gun radar kontrol 8x 'Telur Piala' api
'Watch Dog' 2x ECM sistem Para Nakhimov Laksamana memiliki SS-N-1
anti-kapal peluncur rudal dipasang di tempat menara A dan B sebagai
percobaan pada tahun 1957. Instalasi ini tidak berhasil, kapal itu cepat
dihentikan dan digunakan sebagai kapal target di 1961.
Para Dzerzhinsky
memiliki peluncur rudal SAM untuk SA-2, menggantikan menara belakangnya
di 1960-62. Konversi ini juga tidak berhasil dan tidak ada kapal
selanjutnya dikonversi. Para Senyavin dan Zhdanov dikonversi menjadi
kapal komando pada tahun 1971 dengan mengganti menara belakang dengan
akomodasi tambahan dan elektronik. Kedua kapal perintah yang dilengkapi
dengan dek helikopter dan hangar bersama-sama dengan SA-N-4 sistem rudal
SAM dan 4 senapan 30mm kembar.
Senjata dan tenaga penggerak
Senjata artileri KRI Irian
Senjata utama dari KRI Irian adalah 4 buah turret/kubah, dimana setiap turret berisi 3 meriam kaliber 6 inchi. Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya.- 10 tabung torpedo antikapal selam kaliber 533 mm
- 12 buah kanon tipe 57 cal. B-38 kaliber 15.2 cm (6 di depan, 6 di belakang)
- 12 buah kanon ganda tipe 56 cal. Model 1934 6 (twin) SM-5-1 kaliber 10 cm
- 32 buah kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm
- 4 buah triple gun Mk5-bis kaliber 20 mm (untuk keperluan antiserangan udara)
Observasi Teleskop |
Tenaga Penggerak
Sebagai tenaga penggerak, KRI Irian mengandalkan 2 buah turbin uap TB-72 yang mendapat pasokan uap dari 6 buah ketel KV-68 dan disalurkan melalui 2 buah shaft.
Tenaga total yang dihasilkan adalah @110.000 HP sampai 122.000 HP
pada kedua shaft, tenaga ini mampu membuat kapal seberat 13.600 ton ini
mencapai kecepatan maksimum 32,5 knot. Sedangkan jarak maksimum yang
bisa ditempuh adalah 9000 mil laut dengan kecepatan konstan 18 knot.
Riwayat KRI Irian
KRI Irian sebelumnya adalah kapal Ordzhonikidze (Орджоникидзе)
(Object 055, diambil dari nama Menteri Industri Berat era Stalin,
Grigory "Sergo" Ordzhonikidze) dari Armada Baltik AL Soviet, kemudian
dibeli oleh pemerintah Indonesia tahun 1962. Saat itu KRI Irian adalah kapal terbesar di belahan bumi selatan. Kapal ini digunakan secara aktif untuk persiapan merebut Irian Barat.
Awal
Kapal ini dibuat di Admiralty Yard, Leningrad. Peletakan lunas pertama
dilakukan tanggal 9 Oktober 1949,diluncurkan tanggal 17 September 1950,
dan pertama kali dioperasikan tanggal 30 Juni 1952.
Persiapan Pengoperasian di Indonesia
Pada 11 Januari 1961 Pemerintah Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada Biro Desain Pusat #17 untuk memodifikasi Ordzhonikidze
supaya ideal beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar
dilakukan untuk membuat kapal ini dapat dioperasikan pada suhu +40 °C,
kelembapan 95%, dan temperatur air +30 °C.
Tetapi perwakilan dari Angkatan Laut Indonesia yang berkunjung ke
kota Baltiisk menyatakan bahwa mereka tidak sanggup untuk menanggung
biaya proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi dialihkan untuk instalasi
genset diesel yang lebih kuat guna menggerakkan ventilator tambahan.
Tanggal 14 Februari 1961 kapal ini tiba di Sevastopol, dan tanggal 5 April 1962
kapal ini memulai uji coba lautnya. Pada saat itu kru Indonesia (ALRI)
untuk kapal ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal. Mekanik kapal
ini, Bapak Yatijan, di kemudian hari menjadi Kepala Departemen Teknik
ALRI. Begitu juga banyak dari pelaut yang lain, banyak yang dikemudian
hari mampu menduduki posisi penting.
Operasional
KRI Irian tiba di Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan keluar dari kedinasan AL Soviet pada 24 Januari 1963.
Sebelumnya Uni Soviet tidak pernah menjual kapal dengan bobot seberat
ini kepada negara lain kecuali kepada Indonesia. ALRI yang belum pernah
mempunyai armada sendiri sebelumnya, belajar untuk mengoperasikan
kapal-kapal canggih dan mahal ini dengan cara trial and error/coba-coba.
Bulan November 1962 tercatat sebuah mesin diesel kapal selam rusak
karena benturan hidrolis saat naik ke permukaan, sebuah destroyer rusak
dan 3 dari 6 boiler KRI Irian rusak. Suhu yang panas dan
kelembapan tinggi berefek negatif terhadap armada ALRI, akibatnya banyak
peralatan yang tidak bisa dioperasikan secara optimal. Di lain pihak
kehadiran kapal ini membuat AL Kerajaan Belanda secara drastis
mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat.
Perbaikan
Pada 1964
kapal penjelajah ini sudah benar-benar kehilangan efisiensi
operasionalnya dan akhirnya dikirim ke Vladivostok untuk perbaikan.
Bulan Maret
1964, KRI Irian sampai di Pabrik Dalzavod. Para pelaut dan teknisi
Soviet terkejut melihat kondisi kapal dan banyaknya perbaikan kecil yang
seharusnya sudah dilakukan oleh para awak kapal ternyata tidak
dilakukan. Mereka juga tertarik dengan sedikit modifikasi yang dilakukan
ALRI yaitu mengubah ruang pakaian menjadi ruang ibadah (sesuatu yang
tentu tidak mungkin terjadi di Uni Soviet).
Penugasan Kembali
Setelah perbaikan selesai pada bulan Agustus 1964 kapal kembali berlayar menuju Surabaya
dengan dikawal oleh destroyer AL Uni Soviet. Setahun kemudian (1965),
terjadi pergantian pemerintahan. Kekuasaan pemerintah praktis berada di
tangan Jenderal Soeharto.
Perhatian Soeharto terhadap ALRI sangat berbeda dibandingkan Sukarno.
Kapal ini dibiarkan terbengkalai di Surabaya, bahkan kadang-kadang
digunakan sebagai penjara bagi lawan politik Soeharto.
Pemensiunan
- Versi pertama menyebutkan bahwa tahun 1970, KRI Irian sudah sedemikian parah keadaannya hingga sedikit demi sedikit mulai dibanjiri air. Tidak ada orang yang peduli untuk menyelamatkan kapal penjelajah ini. Sehingga pada masa Laksamana Sudomo menjabat sebagai KSAL, maka KRI Irian dibesituakan (scrap) di Taiwan pada tahun 1972 dengan alasan kekurangan komponen suku cadang kronis.
- Versi kedua, menurut Hendro Subroto, kapal perang yang dibuat hanya empat buah ini dijual ke Jepang setelah persenjataannya dipreteli. "Padahal di Tanjung Priok masih terdapat dua gudang suku cadang. Tapi karena perawatan sebelumnya di tangani orang Rusia, selepas Gestapu, kita tidak punya teknisi lagi," kata Hendro.
- Versi ketiga menyebutkan bahwa ketika dibawa untuk dibesituakan, di tengah perjalanan KRI Irian dicegat oleh kapal Uni Sovyet. Versi ketiga ini adalah analisis dari penulis sendiri setelah membaca laporan dari berbagai majalah militer yang mengulas mengenai persenjataan Uni Sovyet semasa Perang Dingin. Uni Soviet hanya menjual penjelajah ringan kelas Sverdlov kepada dua negara, yaitu Indonesia (1962) dan India (1989–scrap). Ada dugaan bahwa pihak yang paling tidak menginginkan apabila kelas Sverdlov jatuh ke tangan pihak Barat adalah Uni Soviet. Teori ketiga, ada kemungkinan Uni Soviet mencegat kapal tersebut dan kemudian mengambil alih dengan kesepakatan, bisa jadi dengan mengurangi sejumlah hutang pembelian senjata yang belum dilunasi atau bisa jadi dengan melunaskannya. Dari ke-4 buah itu, hanya KRI Irian (Ordzhonikidze/Object 055) yang keberadaannya masih misterius.
Kru Kapal
Perwira yang pernah bertugas di atas KRI Irian adalah:- Mantan Panglima TNI dan Menkopolkam di Kabinet Indonesia Bersatu, Laksamana (Purn.) Widodo AS yang saat itu menjabat sebagai Perwira Senjata pada tahun 1968.
- dr. Kartono Mohamad, kakak kandung dari Goenawan Mohamad, pendiri Majalah Tempo. Beliau dokter definitif memang untuk kapal perang ini. Ia pernah menjadi dokter di Kapal Penjelajah RI Irian semasa bertugas di TNI-AL (1964-1975).
- dr. Tarmizi Taher, mantan Menteri Agama di Kabinet Pembangunan VI, sebagai Perwira Kesehatan Sementara saat Paduka Yang Mulia Presiden RI Dr.Ir. H.Soekarno dalam perjalanan dari Jawa ke Makasar di KRI Irian.
- Semua Kelasi dan Perwira yang berjasa sejak pendidikan di Rusia sejak pemberangkatan dari Surabaya menuju Rusia di Sewastopol hingga kembali ke tanah air baik yang menggunakan atau mengoperasikan Kapal Perang ini maupun yang kembali ke tanah air dengan kereta api Trans Benua Asia. Hingga Kapal Penjelajah ini selamat sampai tujuan di Indonesia. Mereka semua pahlawan pejuang kemerdekaan yang tidak dapat disebut satu persatu dan mereka memiliki jiwa pejuang untuk berjuang demi bangsa dan negara Indonesia secara keep and silent (this is secret operation) for Indonesian Navy and died with keep and silent. Tidak banyak diceritakan oleh mereka sebab mereka memahami bahwa dipundaknya para kru Kapal Penjelajah adalah hidup untuk mati demi kejayaan bangsa dan negara. Biarlah kejayaan Armada Laut Pejuang Samudera ALRI cukup mereka nikmati saat itu.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kri_irian
http://rixco.multiply.com/journal/item/533?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://www.indonesiamatters.com/3735/kapal-kri-irian/
Indonesia pernah punya kapal perang raksasa jaman orde lama itulah KRI Irian yang legendaris
ReplyDeletehallo mas punya foto foto kri irian yang size nya besar gak...
ReplyDeleteBtw, saya cuma mau koreksi, untuk type kapal dari KRI IRIAN adalah Light Cruiser, bukan Battleship maupun Battlecruiser, apalagi Light Cruiser Battleship >:v
ReplyDeleteOverall, uda bener hehehe....
Belum ada data lengkap terkait penjelasan dari KRI IRIAN...
Termasuk meriam utama yang disimpan di museum TNI AL Bumimoro Surabaya...
KRI Irian memang kapal perang terbesar Indonesia
ReplyDelete